Bermain, bukan mempermainkan
Playful. Ya, nampaknya sudah menjadi bagian dari sifatNya. Entah kenapa Dia senang sekali bermain-main denganku. Satu saat aku berbisik padanya, dan Dia bertanya "kamu yakin?". Aku pun segera mengangguk-angukan kepala, "tidak pernah seyakin ini!" ujarku dengan seyum lebar terukir di wajah. Aku pun menunggu lama. Berusaha, menanti, menunggu, berharap, putus asa, menanti lagi, hingga akhirnya sudah tak ambil pusing. Dia hilang! "Sudahlah" kataku berusaha menghibur diri. Mungkin Dia sedang sibuk dengan urusanNya. Aku pun mulai tenggelam dengan urusanku. Kemudian, pagi menjadi sulit sekali membuka mata walaupun corong berteriak memanggil, siang berlalu secepat kilat tanpa tundukan kepala, dan malam pun terlewati tanpa sajadah tergelar.
Sekali waktu aku menoleh lagi padaNya diantara keramaian. Ternyata Dia disana. Menatap dengan seksama dan tersenyum penuh makna. Aku pun kembali membasuh air ke wajah, tangan, dan kaki. Mendirikan kewajiban. Lambat laun dengan mudah kurasakan kehadiranNya. Tidak, Dia tidak nampak. Melainkan di setiap tarikan napas. Bahkan lebih dekat dari nadiku sendiri. Dia tidak pernah jauh. Sekalipun.
Aku pun menggandengnya. Menyamakan irama langkah kami. Menatap wajahNya lebih sering. Mencoba mengenal karakterNya lebih dalam. Tetap saja, dugaanku masih kerap meleset. Jauh bahkan. Sampai hingga kemudian Dia memberiku kejutan. "Surprise surprise!" kataNya. Kedua tanganku sudah memegang bingkisan, besar. "Ini kan yang pernah terucap dalam hatiku dulu..." ucapku tak percaya. Dulu tercetus keinginan itu tanpa menduga mampu menjadi nyata. Kini aku pun menggaruk-garuk kepala meskipun rambut ku tak ketombean, terpukau dan masih tak percaya.
"Aku mendengarnya..." bisikNya ke telingaku. "Tapi Aku memang senang bermain-main denganmu" tambahNya. "Kamu ingat ketika kamu senang sekali bermain-main saat kecil? Begitu menyenangkan sampai-sampai kamu masih ingat dan rasakan hingga kini..." kataNya mencoba menjelaskan. "Aku akan menjadi bagian darinya..." ujarNya sambil menggandeng tanganku kali ini, mengajakku bermain.
*Inspired by the One who own my eternal love. "Thank you God!"
Sekali waktu aku menoleh lagi padaNya diantara keramaian. Ternyata Dia disana. Menatap dengan seksama dan tersenyum penuh makna. Aku pun kembali membasuh air ke wajah, tangan, dan kaki. Mendirikan kewajiban. Lambat laun dengan mudah kurasakan kehadiranNya. Tidak, Dia tidak nampak. Melainkan di setiap tarikan napas. Bahkan lebih dekat dari nadiku sendiri. Dia tidak pernah jauh. Sekalipun.
Aku pun menggandengnya. Menyamakan irama langkah kami. Menatap wajahNya lebih sering. Mencoba mengenal karakterNya lebih dalam. Tetap saja, dugaanku masih kerap meleset. Jauh bahkan. Sampai hingga kemudian Dia memberiku kejutan. "Surprise surprise!" kataNya. Kedua tanganku sudah memegang bingkisan, besar. "Ini kan yang pernah terucap dalam hatiku dulu..." ucapku tak percaya. Dulu tercetus keinginan itu tanpa menduga mampu menjadi nyata. Kini aku pun menggaruk-garuk kepala meskipun rambut ku tak ketombean, terpukau dan masih tak percaya.
"Aku mendengarnya..." bisikNya ke telingaku. "Tapi Aku memang senang bermain-main denganmu" tambahNya. "Kamu ingat ketika kamu senang sekali bermain-main saat kecil? Begitu menyenangkan sampai-sampai kamu masih ingat dan rasakan hingga kini..." kataNya mencoba menjelaskan. "Aku akan menjadi bagian darinya..." ujarNya sambil menggandeng tanganku kali ini, mengajakku bermain.
*Inspired by the One who own my eternal love. "Thank you God!"
<< Home