Wednesday, March 09, 2005

Musikalitas dan solidaritas

Ketika pas-pasan di jalan...

Saya: “Eh, kemaren elo sempet liat Angie Stone gak? Gokil, keren banget!"
Teman: “Wah, gue gak liat. Abis gue kan sebenernya gak terlalu suka jazz.”
Saya: *Bingung Mode ON*
***


Yang sedang kami bicarakan apalagi kalau bukan sebuah perhelatan akbar musik Jazz di Jakarta yang baru saja berlangsung, Jakarta International Java Jazz Festival 2005. 80 band, 300 musisi, berbagai bangsa, 11 panggung secara paralel, 3 hari berturut-turut. Ada Jazz 'murni', Jazz Hip Hop, Jazz Rock, Jazz Soul, Jazz Pop dan lainnya. Para pecinta musik Jazz, penikmat musik Rock, fans berat Glenn, penyuka musik Reggae dengan rambut gimbal, pengagum penyanyi soul, bahkan pecinta tas Dior, pecinta gaya rambut Punk, atau pemuja sepatu Manolo Blahnik ataupun sepatu Converse, pun numplek jadi satu. Yang menyatukan? Musik berkualitas dan solidaritas. Berkualitas? Solidaritas?

Bukan hanya karena kehadiran musisi kaliber dunia seperti Tania Maria, Eart Wind and Fire, atau Laura Fygi, maka kemudian festival ini bisa dicap dengan mudah telah menampilkan musik berkualitas. Juga bukan karena ada embel-embel musik Jazz yang notabene dilahirkan di Negara Barat. Tapi karena kualitas sebagian besar musisi yang tampil sungguh memukau.

Bukan karena merek ternama yang nempel di badan, yang membuat penampilan mereka menjadi wah.
Bukan gara-gara dandanan menor hasil pulasan make-up artist yang harganya selangit, yang bikin mereka berkilau.
Bukan akibat album debut meledak menembus angka ratusan ribu bahkan juta, yang bikin mereka mendapat tepukan meriah.
Bukan lantaran penampilan fisik mereka yang begitu menjual, yang membuat penonton tidak beranjak.
Bukan disebabkan anggota fans club yang bejibun, yang membuat mereka disegani. Bukan itu.

Mereka bermusik untuk musik, bukan ketenaran.
(Terlepas dari sifat dasar manusia, dalam hal ini khususnya musisi, yang membutuhkan pengakuan atau eksistensi)

Maka lahirlah teknik olah vokal yang aduhai.
Penguasaan alat yang sungguh dahsyat.
Improvisasi yang sangat menguji nyali.
Tak ketinggalan, penampilan yang humble dan bersahaja.

Voila!

Maka berbondong-bondonglah berbagai jenis manusia dengan atributnya ke satu area, demi mencicipi kenikmatan kualitas yang sudah jarang ditemukan itu. Apalagi di negeri entah berantah bernama Republik Indonesia. (Yang katanya sebagai satu-satunya Negara di dunia yang telah mencanangkan Hari Musik Nasional!) Bagaimana tidak jarang, wong kebanyakan musisinya aja cepat sekali terpuaskan. Seperti kata Edward Andez, salah satu personil band Sova (they’re totally admirable!-red) yang juga tampil di festival tersebut. Menurutnya kelemahan musisi kita biasanya cukup puas dengan bisa ngeband, punya album, tur dan masuk TV. Hmm…gak heran kan musikalitas (kualitas musik –red) negeri ini berjalan cukup statis? Setidaknya dengan diselenggarakannya festival dengan standart kelas dunia semacam ini, bisa menjadi acuan sekaligus pacuan bagi musisi lokal maupun masyarakat penikmat musik dalam negeri untuk tidak mudah terpuaskan.

Lalu apa hubungannya dengan solidaritas? Kebetulan perhelatan akbar ini juga ditujukan buat sodara-sodara kita di ujung Indonesia sana yang menjadi korban tsunami. Sebagian dari hasil penjualan dari tiketnya akan diserahkan buat mereka yang baru saja mengalami amukan alam tanpa ampun. Alasan ini pula yang nampaknya mampu menggerakkan hati dan memberanikan para musisi dunia untuk menginjakkan kaki di negeri ini. Bahkan sebagian dari mereka memberikan penampilan terbaik dengan cuma-cuma. (a.k.a. konser amal) Jadi apalagi kalau bukan karena solidaritas sesama umat manusia yang bisa membuat berbagai jenis manusia numplek di satu tempat?

Ah…rasanya acara seperti ini jauh lebih realistis dan bermanfaat daripada sekedar mencanangkan Hari Musik Nasional dan merayakannya setiap tanggal 9 Maret sejak tahun 2004 yang lalu. Yah itu juga kalo konser dengan bintang itu-itu saja dan disiarkan secara live di TV swasta bisa dikatakan merayakan...(??!!#%&@!!)



*Terinspirasi setelah menikmati festival musik jazz selama 3 hari berturut-turut, untuk kemudian tercengang setelah mengetahui hari ini adalah hari musik nasional!?