Saturday, May 21, 2005

Selamat jalan


Dia menetap dalam detakan jantung. Bersemayam di setiap kedipan mata. Dan dia tak pernah pergi lebih jauh lagi. Kematian bisa datang kapan pun. Mungkin detik berikutnya, mungkin beberapa jam ke depan, mungkin musim yang akan segera berlalu. Maka, senyum itu bisa jadi senyum terakhir. Air mata itu bisa jadi tetesan terakhir. Pelukan hangat itu bisa jadi ucapan selamat tinggal. Dan jika waktunya telah tiba, mereka malaikat maut pasti menghampiri. “Waktunya pulang kawan…” ujarnya. Dengan segera terlucuti jasmanimu. Meninggalkan orang-orang terkasihmu. Melepaskan semuanya dibelakangmu. Telah usai waktumu. Dan mereka yang ditinggalkan pasti terbalut duka kehilangan. Dulu ada, sekarang tiada. Dulu bersama, sekarang terpisah. Dulu wajahnya yang menatap, sekarang kenangan akannya yang menetap. Pun akhirnya mereka yang ditinggalkan akan merelakan. Dan berlirih “Selamat jalan…” Lalu berharap perpisahan itu hanya sementara. Semoga.



*Dukaku atas kepergian seorang kerabat.