Friday, September 24, 2004

Dia

Sepenggal cerita itu masih bergelayutan di sela-sela sel otak kecilku. Berloncatan dengan lincah dari otak kiri ke otak kanan. Bergerak dengan gesit menghindari kejaran sistem seleksi yang gemas melihat kenangan yang telah usang. Memori yang satu ini memang nakal, boro-boro mau disingkarkan, ia malah senang memunculkan diri, di satu waktu ketika aku terbuai dalam mimpi, di lain kesempatan saat aku terbangun dari tidur. Aku pun sering dibuatnya pusing, apakah itu sekedar penggalan mimpi ataukah bagian dari cerita masa lalu. Mungkin dia memang belum berlalu. Sama seperti secercah ingatan yang sering datang menyerang, dia kadang muncul tanpa dikira. Kalau ada yang bertanya-tanya siapa dia, dia bukan siapa-siapa. Dia bukan orang tercerdas yang membuat aku terkagum-kagum dan memujanya. Dia bukan orang terlucu yang membuat aku terpingkal-pingkal dan sakit perut dibuatnya. Dia bukan orang tersukses yang membuat aku ikut berbangga hati dan mengidolakannya. Sudah aku bilang dia bukan yang terhebat. Dia hanya orang biasa yang sudah memberikan aku insprirasi. Senyumnya yang hangat dan hatinya yang bersahaja, mampu membuat aku merindukannya bahkan seribu tahun lagi. Dia mengingatkan aku akan rumah; tatapan hangat, senyuman tulus, tawa penuh cinta, genggaman aman, rangkulan nyaman, pun kerlingan bersahaja. Dia seperti sahabat yang aku temui di sebuah perjalanan jauh nan melelahkan. Dan layaknya menjadi seorang inspirasi bagi manusia lainnya, dia patut kukenang.



*inspired by someone who's having a birthday today. happy birthday, God bless you!

Tuesday, September 21, 2004

Kami si penggembala hati

Ruang dan waktu
Mengantarkan kami pada dimensi tak tentu
Kami memang masih kerap tergelak
Berusaha untuk mengepak
Dan siap untuk beranjak

Kami ingin lepas
Dengan menggenggam kompas
Bergerak dengan bebas
Kami berencana
Mencari yang pasti dan bukan lagi fana
Meskipun mesti berkelana

Zona nyaman memaksa kami berkemas
Walaupun kadang dihinggapi cemas
Namun kami tak lemas apalagi malas
Ini waktunya bergegas
Hasrat muda kami butuh bernapas

Jika suatu kali kami mengalah
Bukan berarti kami lengah
Mungkin kami sedang jengah
Tapi tunggu kami di masa depan
Ketika lengkungan bibir kami begitu menawan
Kami akan berdiri dengan mapan

Hey kawan!
Jangan kau melawan
Lihat yang sedang berak-arak bersama awan
Itu kita dan masa depan



*untuk teman-temanku tersayang, kata hati tak akan menghianati. segera bergegas!
(inspired by my beloved friends, from our chit chat at vietopia.)

Thursday, September 09, 2004

Biar ku mengetuk, dan bukan mengutuk

Sang penggenggam takdir,

Mungkinkah mereka lupa...
Di ujung waktu sasangkala akan berbunyi
Waktu perhitungan berlari menghampiri
Azhab tak lagi terkendali
Dan tak satu pun luput terlucuti

Mungkinkah mereka lupa...
Malaikat maut akan menjemput segera
Dan ketukan masa tak lagi kutukan massa

Mungkinkah mereka lupa...
Mereka si pembawa lara
Pasti punah
Pun musnah...



*my condolance for kuningan blast

Thursday, September 02, 2004

Di langitku ada bintang

Tadi malam aku lihat bintang jatuh
Ia mengerlingkan matanya padaku dan berbisik
"Apakah esok kamu akan tetap merindukanku?"
Sebelum akhirnya berpendar
Dan pecah di utara bagai hujan berlian
Meninggalkan guratan bersemu merah di wajahku
"Apakah ia menantikanku seperti aku menantikannya?"
Kilaunya tak berhenti bersinar
Berselang-seling di langit luas
Seakan-akan ia sedang mengirimkan kode morse padaku
"Tunggu aku sayang, satu kabisat tak akan lama"

Aku iri padamu
Sementara aku berdiri menanti dalam gelap
Kamu berpetualang tiada henti
Kadang satu malam di saturnus
Lain malam bersanding di gugusan tak bernama
"Apakah mereka menantikan kamu seperti aku?"
Aku tidak peduli
Tapi "apakah kamu merindukan mereka seperti kamu merindukan aku?"
Sesak aku dibuatnya

"Bolehkah aku menyematkan kilaumu di jariku?"
Menemani kala malam pergi dan meninggalkan sepi
Saat sinarmu digantikan terik nan perih
Ketika kurindu pendarmu yang merangkul hangat
Tapi kemudian ia meyakinkanku
"Aku tak akan hilang sayang, karena aku melihat kilauku dimatamu"